Haris Pardede: Pergantian pelatih Timnas krusial, dasarnya data, bukan gengsi

Update: 2025-10-22 03:45 GMT

Pengamat sepak bola Haris Pardede

Pengamat sepak bola Haris Pardede menilai, pergantian pelatih Tim Nasional Indonesia saat ini merupakan momen yang sangat krusial dalam membangun kembali kepercayaan publik dan menyiapkan tim menghadapi kompetisi mendatang.

Dalam wawancara di Elshinta News and Talks edisi sore, Senin (21/10/2025), Haris mengatakan momentum ini menjadi ujian penting bagi federasi dalam menentukan arah pembinaan sepak bola nasional ke depan.

“Ini sangat krusial dalam hal membangun kembali kepercayaan publik yang sempat runtuh ketika kita gagal total di putaran sebelumnya,” ujar Haris kepada News Anchor Farma Dinata.

Ia mengingatkan bahwa jadwal kompetisi cukup padat, dengan FIFA Match Day hanya sekitar 20 hari lagi dan persiapan menuju Piala Asia 2027 yang ruang waktunya mulai sempit.

Menurut Haris, kriteria pelatih baru harus jelas dan berbasis kebutuhan tim. “Pelatih itu harus paham sepak bola kawasan, memiliki CV yang relevan dengan konteks Asia, tersedia (availability), dan masuk akal dari sisi anggaran,” katanya.

Ia mengingatkan agar federasi tidak terjebak pada alasan non-fundamental seperti kesamaan bahasa atau budaya semata. Kesamaan latar belakang, menurutnya, bukan jaminan sukses. Haris menyinggung contoh tim lain di kawasan yang berhasil meski pelatihnya tidak menguasai bahasa lokal.

“Yang penting adalah apakah pelatih paham dengan sepak bola kawasan dan mampu merumuskan strategi yang tepat,” tambahnya.

Dari sejumlah nama yang beredar, Haris mengulas opsi-opsi yang realistis. Ia menilai Jesus Kassas kemungkinan besar sudah dekat dengan tawaran dari Singapura, sementara Frank de Boer dinilai kurang relevan karena minim pengalaman di Asia. Ia menyebut dua nama yang layak dipertimbangkan, yakni Timur Kapadse dan Hussein Amota, pelatih berpengalaman di kawasan dengan rekam jejak kompetitif, termasuk membawa Yordania ke final Piala Asia 2023.

Soal kemungkinan kembalinya pelatih sebelumnya, Shin Tae-yong, Haris menilai peluang itu terbuka selama persoalan internal bisa diselesaikan. “Kalau ini bisa diatasi, checklist teknis seperti adaptasi, pemahaman kawasan, filosofi, dan acceptance publik bisa terpenuhi, mungkin 80% menerima,” ujarnya.

Ia juga menilai kemungkinan itu bisa lebih efisien dari sisi anggaran, mengingat masih ada kewajiban kompensasi yang berjalan.

Terkait wacana pelatih lokal, Haris menyebut banyak yang memiliki kemampuan teknis memadai. Namun, tantangannya adalah mengendalikan ruang ganti dan mendapatkan respek dari pemain, terutama yang berkarier di luar negeri.

“Pelatih lokal tidak kalah, tapi nama besar juga punya nilai untuk mengontrol ruang ganti asalkan bisa mengkombinasikan pemahaman teknis dengan manajemen kelompok,” jelasnya.

Menanggapi ide mendatangkan nama besar internasional, Haris realistis. Ia menilai sosok terkenal tidak otomatis jadi solusi tanpa proses adaptasi dan kesabaran. “Pelatih bukan pesulap; perubahan butuh waktu dan konsistensi,” tegasnya.

Di akhir wawancara, Haris memberikan pesan singkat kepada federasi. “Pilihlah pelatih berdasarkan pertimbangan yang objektif dan empiris — itu saja sudah,” tutup Haris Pardede.

Penulis: Dedy Ramadhany/Ter

Similar News