Kemdiktisaintek dukung penuh penguatan pendidikan dan pelatihan vokasi
Arsip - Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Mendikti Saintek) Brian Yuliarto menyampaikan arahan saat Forum Wakil Rektor bidang kerja sama di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (25/9/2025). ANTARA FOTO/MOCH ASIM
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) menyatakan akan mendukung penuh revitalisasi pendidikan dan pelatihan vokasi di Indonesia.
"Perguruan tinggi vokasi didorong untuk terlibat langsung di industri sekitarnya, meningkatkan kemungkinan penyerapan tenaga kerja dari lulusan kampus terkait," kata Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto melalui keterangan di Jakarta, Minggu.
Menteri Brian menegaskan bahwa peran politeknik dan perguruan tinggi vokasi harus semakin strategis sebagai pusat pembentukan kompetensi teknis berbasis kebutuhan industri.
Senada dengan Brian, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno menekankan bahwa perbaikan ekosistem vokasi tidak bisa ditunda, terutama dalam memastikan kesesuaian kompetensi lulusan dengan kebutuhan dunia kerja.
"Kita memasuki jendela waktu yang tidak akan datang dua kali. Lima tahun ke depan menentukan apakah bonus demografi benar-benar membawa manfaat. Kuncinya ada pada seberapa cepat kita memperbaiki mismatch antara lulusan vokasi dan kebutuhan industri," ucap Pratikno.
Diketahui, Data nasional menunjukkan masih lebarnya kesenjangan antara suplai lulusan dan permintaan tenaga terampil.
Berdasarkan pemetaan peluang kerja global dari Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (KP2MI), masih terdapat hampir 300.000 lowongan di sektor prioritas seperti kesehatan, hospitality, manufaktur, hingga teknisi industri yang belum bisa terpenuhi karena keterampilan dan sertifikasi belum setara dengan standar internasional.
Pemerintah melihat bahwa periode 2025–2030 merupakan masa kritis bagi Indonesia untuk memaksimalkan bonus demografi.
Oleh karena itu, Kemdiktisaintek sebelumnya melakukan pertemuan dengan Australia, yang menghasilkan potensi pilot program mobilitas bagi mahasiswa tingkat akhir, yang mencakup penguatan bahasa asing, budaya kerja internasional, dan sertifikasi keahlian.
Program percontohan diarahkan pada tiga jalur awal: tenaga pengajar Bahasa Indonesia, caregiver, dan tenaga konstruksi, mengikuti kebutuhan pasar kerja yang sedang berkembang.