Rembug Pariwisata Semarang 2025, dorong ekowisata inklusif dan berkualitas
Rembug Pariwisata Kota Semarang, di Gedung Taman Budaya Raden Saleh, Semarang, Selasa (7/10/2025)
Pemerintah Kota Semarang melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) menyelenggarakan acara bertajuk Rembug Pariwisata Kota Semarang, di Gedung Taman Budaya Raden Saleh, Semarang, Selasa (7/10/2025).
Dalam acara tersebut Disbudpar mengundang para OPD terkait hingga komunitas pariwisata dan ekonomi kreatif. Inilah wujud komitmen Pemkot merancang pembangunan pariwisata yang partisipatif, transparan, dan akuntabel.
Suharsono, Wakil Ketua DPRD Kota Semarang, turut hadir dan langsung menyampaikan gagasannya. Politisi ini menekankan bahwa pariwisata Semarang harus fokus pada kualitas dan mampu membuat wisatawan tinggal lebih lama.
Dia mengusulkan program inovatif seperti "Two-Night Semarang" dan penciptaan "12 Bulan, 12 Event" agar kegiatan pariwisata tidak hanya terpusat pada musim tertentu saja.
Inti dari Rembug Pariwisata adalah peningkatan peran masyarakat dalam pembangunan kepariwisataan. Masyarakat diharapkan dapat memberikan aspirasi sebagai bahan utama penyusunan program prioritas pariwisata.
Tujuan utamanya adalah membentuk ekosistem pariwisata di Kota Semarang, mengidentifikasi potensi, serta menyusun prioritas program untuk tahun anggaran berikutnya.
Suharsono menyajikan paparan komprehensif mengenai potensi dan kondisi wisata Kota Semarang serta arah strategis 2025.
Menurut data yang dipaparkan Suharsono, Kota Semarang menunjukkan tren positif pascapandemi. Jumlah daya tarik wisata melonjak dari 197 buah, tahun 2021 menjadi 258 buah, tahun 2022. Hal tersebut menunjukkan pemulihan dan pengembangan baru.
“Tapi tantangan ke depan adalah menjamin semua tempat punya standar layanan yang merata, higienis, dan yang terpenting, inklusif,” imbuhnya.
Potensi wisata kota sangat beragam, meliputi aspek sejarah dan budaya seperti objek wisata Lawang Sewu, Kota Lama; atau aspek alam, yang tersaji di Goa Kreo dan Pantai Marina; serta aspek religi yaitu MAS dan Gereja Blenduk; hingga pusat gaya hidup seperti Simpang Lima.
Suharsono menggarisbawahi fokus strategis Pariwisata di tahun 2025 berlandaskan pada tiga pilar utama, yaitu Quality Tourism untuk menciptakan pengalaman bernilai tambah tinggi (heritage, kuliner, waterfront) dengan standar layanan yang merata; Resilience & Inklusi: mengembangkan destinasi pesisir yang aman-bersih serta mendorong UMKM naik kelas sebagai bagian dari ekowisata yang inklusif; serta konektivitas dan integrasi kawasan.
Untuk mewujudkan strategi tersebut, Suharsono mengajukan serangkaian usulan kebijakan inovatif yang diharapkan menjadi prioritas di tahun 2025, seperti rancangan paket wisata menginap dan belanja bagi wisatawan, aktivasi rute udara, sertifikasi pariwisata yang berkualitas, hingga pusat data pariwisata.
“Rembug Pariwisata sudah menghasilkan banyak ide. Kini, saatnya bergerak bersama. Mari kita jadikan Tourism Data Hub sebagai kompas kita, dan program Two-Night Semarang sebagai target. Dengan sinergi seluruh stakeholder, visi pariwisata Semarang yang inklusif pasti terwujud,” tegas Suharsono optimis.
Rembug Pariwisata diharapkan menjadi wadah bagi ide dan gagasan, seperti yang disampaikan Suharsono untuk menentukan arah pembangunan pariwisata yang lebih terarah dan berdampak positif bagi kesejahteraan warga Kota Semarang.
Penulis: Yuniar Kustanto/Ter