Rupiah diprediksi menguat seiring kontraksi di sektor manufaktur AS
Petugas menunjukkan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo, Melawai, Jakarta, Senin (15/9/2025). Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Senin (15/9) di Jakarta melemah sebesar 33,50 poin atau 0,20 persen menjadi Rp16.408 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.375 per dolar AS. (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)
Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Selasa di Jakarta bergerak menguat 32 poin atau 0,19 persen menjadi Rp16.631 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.663 per dolar AS.
Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong memperkirakan penguatan kurs rupiah seiring kontraksi di sektor manufaktur Amerika Serikat (AS).
“Rupiah berpotensi menguat terhadap dolar AS yang masih dalam tekanan setelah data yang menunjukkan kontraksi di sektor manufaktur AS yang lebih besar dari perkiraan,” ucapnya di Jakarta, Selasa.
Tercatat, Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur AS bulan November 2025 mencapai 48,2 atau lebih lemah dari perkiraan di angka 48,6. Capaian data tersebut membuat harapan pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed) meningkat, yakni 87,6 persen dari sebelumnya pada Senin (1/12) sebesar 86,4 persen.
Di sisi lain, penguatan rupiah diprediksi terbatas seiring data ekonomi Indonesia lemah yang menunjukkan moderasi pada inflasi dan angka perdagangan yang mengecewakan.
Tercatat, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa Indonesia mengalami inflasi sebesar 0,17 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) pada November 2025. Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami kenaikan dari 109,04 pada Oktober 2025 menjadi 109,22 pada November 2025.
Secara tahunan, inflasi mencapai 2,72 persen year-on-year (yoy), sedangkan secara tahun kalender, inflasi sebesar 2,27 persen year-to-date (ytd). Perihal neraca perdagangan, secara kumulatif Indonesia pada Januari hingga Oktober 2025 memperoleh surplus 35,88 miliar dolar AS. Angka ini naik 10,98 miliar dolar AS yoy.
Neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 66 bulan berturut- turut sejak Mei 2020. Surplus sepanjang Januari–Oktober 2025 ditopang oleh surplus komoditas nonmigas sebesar 51,51 miliar dolar AS, sementara komoditas migas masih mengalami defisit 15,63 miliar dolar AS.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, rupiah diperkirakan berkisar Rp16.600-Rp16.700 per dolar AS pada hari ini.