Saksi ungkap alasan KPI batalkan penyewaan Kapal Suezmax

Sidang dugaan tindak pidana korupsi tata kelola minyak di lingkungan PT Pertamina (Persero) kembali mengungkap fakta baru.

Update: 2025-11-19 04:40 GMT

Sidang dugaan tindak pidana korupsi tata kelola minyak di lingkungan PT Pertamina (Persero) kembali mengungkap fakta baru. Dalam persidangan di Pengadilan Tipikor Jakarta, Selasa (18/11/2025) malam, terungkap alasan PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) memilih kapal Olimpic Luna dibanding kapal Suezmax untuk pengangkutan minyak mentah dari Afrika Barat menuju Cilacap.

Fakta tersebut disampaikan mantan VP Sales & Marketing PT Pertamina International Shipping (PIS), Muhamad Resa, yang dihadirkan sebagai saksi untuk terdakwa Direktur Feedstock and Produk Optimization PT Pertamina Internasional Sani Dinar Saifuddin; Direktur Utama PT PIS Yoki Firnandi; Vice President Feedstock Agus Purwono; serta terdakwa beneficial owner PT Navigator Katulistiwa Muhammad Kerry Andrianto Riza, Komisaris PT Navigator Katulistiwa Dimas Werhaspati, dan Komisaris PT Jenggala Maritim sekaligus Direktur Utama PT Orbit Terminal Merak Gading Ramadhan Joedo.

Awal Permintaan dari KPI

Resa menjelaskan PT PIS menerima permintaan resmi dari PT KPI pada 15 November 2022. KPI membutuhkan kapal untuk mengangkut minyak mentah jenis Escravos sebanyak 950 MB, dengan jadwal kedatangan 3–4 Januari 2023 untuk kebutuhan RU IV Cilacap.

Menurut Resa, pihaknya menawarkan kapal tipe Suezmax yang dianggap sesuai dengan kapasitas pengangkutan tersebut.

“Gambaran besarnya, tahap pertama berlangsung 15 November hingga 7 Desember, kemudian tahap kedua dari 7 sampai 30 Desember 2022,” ujar Resa di ruang sidang seperti dilaporkan Reporter Elshinta, Supriyarto Rudatin, Selasa (19/11).

Pada tahap awal, PT PIS menawarkan harga sewa sebesar USD 9,4 juta untuk satu kali pengangkutan menggunakan Suezmax. Namun, harga itu meningkat menjadi USD 10,5 juta akibat kenaikan kurs dolar dan perubahan situasi pasar kapal.

Harga Ditolak, KPI Minta Alternatif

Jaksa kemudian menanyakan tindak lanjut setelah KPI menilai harga tersebut terlalu mahal. Resa menyampaikan bahwa KPI meminta penawaran baru dan mendorong pencarian alternatif kapal lain.

Pada 7 Desember 2022, KPI meminta PIS menjajaki opsi kerja sama dengan Totsa, termasuk penggunaan kapal Very Large Crude Carrier (VLCC).

“Tindak lanjutnya kami teruskan ke PIS Singapura,” ujar Resa.

Balasan dari PIS Singapura kemudian menyebutkan penawaran harga baru sebesar USD 6,9 juta dengan kapal VLCC bernama Olimpic Luna.

Kapal Lebih Besar, Harga Lebih Murah

Resa menjelaskan Olimpic Luna berukuran lebih besar dibanding Suezmax, tetapi harga sewanya lebih rendah.

Jaksa kemudian bertanya apakah harga tersebut untuk penyewaan penuh atau sistem co-load.

“Dalam email disebutkan co-load,” jawab Resa. Ia menjelaskan bahwa sistem co-load berarti satu kapal digunakan bersama untuk mengangkut minyak milik dua pihak, yakni Totsa dan KPI.

“Co-load itu angkut bareng-bareng,” katanya.

Dengan penawaran USD 6,9 juta, KPI akhirnya memilih kapal Olimpic Luna karena dinilai lebih efisien dibanding Suezmax yang tarifnya melonjak hingga USD 10,5 juta.

Similar News