Cerita Pak Sodik dan Ibu Rochmani: Potret warga miskin yang tak tersentuh bantuan

Program pengentasan kemiskinan dan bantuan sosial terus digaungkan pemerintah sebagai bukti hadirnya negara untuk rakyat. Namun, di Kelurahan Kalinyamatkulon, Kecamatan Margadana, Kota Tegal, terdapat kisah yang memperlihatkan kenyataan berbeda.

Update: 2025-11-09 12:31 GMT

Sumber foto: Hari Nurdiansyah/Elshinta.com.

Program pengentasan kemiskinan dan bantuan sosial terus digaungkan pemerintah sebagai bukti hadirnya negara untuk rakyat. Namun, di Kelurahan Kalinyamatkulon, Kecamatan Margadana, Kota Tegal, terdapat kisah yang memperlihatkan kenyataan berbeda.

Sebut saja Pak Sodik. Ia tinggal bersama keluarganya dalam sebuah bangunan berukuran sekitar 3 x 6 meter. Rumah itu berdinding kayu dan pintu bekas, dengan lantai tanah yang menjadi alas tidur mereka setiap hari. Di ruangan sempit itu, mereka hidup berlima. Salah satunya, sang ayah, yang hanya bisa terbaring sakit, tanpa perawatan medis layak karena keterbatasan ekonomi.

Sebagai buruh serabutan, penghasilan Pak Sodik tidak dapat diandalkan. Terkadang ia pulang tanpa membawa uang. Lebih dari itu, ia mengaku pernah ditawari untuk didaftarkan program Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu), namun proses itu terhenti karena adanya syarat yang tidak mungkin ia penuhi.

"Saya dulu katanya mau dimasukkan Rutilahu. Tapi dimintai uang dulu enam juta. Saya tidak punya. Sejak itu tidak ada kelanjutannya. Bantuan apa pun sampai sekarang juga belum pernah dapat," tuturnya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Hari Nurdiansyah, Minggu (9/11).

Sementara itu, tidak jauh dari rumah Pak Sodik, hidup Rochmani, seorang perempuan yang menumpang di rumah kosong yang sudah lama tak berpenghuni. Ia tidak memiliki rumah sendiri, tidak memiliki penopang, dan setiap hari berkeliling menjajakan nasi ponggol. Dari hasil berdagang itu, ia hanya memperoleh rata-rata dua puluh ribu rupiah per hari.

"Kalau dagangan habis ya lumayan, kalau tidak ya saya tidak makan. Bantuan belum pernah saya rasakan," ucapnya.

Dua kisah ini mengundang pertanyaan yang tidak bisa sekadar dijawab dengan statistik atau laporan presentasi:


Mengapa warga yang jelas-jelas berada dalam kondisi rentan tidak muncul dalam daftar penerima bantuan?

Tags:    

Similar News