FKY 2025 digelar Gunungkidul, sapi dan kambing ikut pawai pembukaan

Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) tahun 2025 kembali digelar. Tahun ini, FKY dipusatkan di Kabupaten Gunungkidul dengan mengusung tema “Adoh Ratu, Cedhak Watu," berlangsung pada 11–18 Oktober 2025.

Update: 2025-10-13 14:30 GMT

Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) tahun 2025 kembali digelar. Tahun ini, FKY dipusatkan di Kabupaten Gunungkidul dengan mengusung tema “Adoh Ratu, Cedhak Watu," berlangsung pada 11–18 Oktober 2025. Pembukaan FKY 2025 digelar di Lapangan Desa Logandeng, Plembon Kidul, Kalurahan Logandeng, Kapanewon Playen, Kabupaten Gunungkidul, DIY, pada Sabtu (11/10).

Prosesi pembukaan FKY diawali dengan Pawai Rajakaya dimulai dari Pasar Ternak Siyono menuju Lapangan Desa Logandeng.

Pawai ini diikuti oleh 5 sapi dan 31 kambing dari empat kabupaten dan satu kota di DIY dihiasi ubo rampe dan kupat gantung, serta diiringi oleh para peternak, keluarga, dan komunitas lokal. Berakar pada upacara adat Gumbregan, Pawai Rajakaya menghadirkan simbol-simbol agraris yang merefleksikan hubungan manusia, hewan dan alam, sekaligus memperlihatkan daya hidup tradisi di tengah festival.

Pawai dimeriahkan oleh pasukan Bregada Sungu Sumbermulyo, Suko Rahmadi x Pasukan Ubo Rampe, Sanggar Move Art Dance, pasukan panji desa dari Kompetisi Panji Desa, kontingen Dinas Kebudayaan dari empat kabupaten dan satu kota di DIY, serta kotingen Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pesisir Barat, Lampung.

Gubernur DIY yang diwakili oleh Sekda DIY Ni Made Dwipanti Indrayanti, menyampaikan bahwa tema yang disusing ini bukan sekadar permainan kata, melainkan “cermin dari realitas di masyarakat.” Ia menegaskan bahwa jarak fisik memberi kesempatan untuk mengolah daya, membangun kemandirian, dan melahirkan kebudayaan yang berakar kuat namun lentur menghadapi zaman.

"Kebudayaan,menjadi perantara antara rakyat dan kekuasaan, antara pusat dan pinggiran, antara yang mengatur dan yang diatur. Di antara keduanya selalu ada dialog yang tak pernah selesai, dan di situlah kebudayaan bekerja dengan caranya yang lembut tapi pasti," katanya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Izan Raharjo, Senin (13/10).

Sementara Sekda Kabupaten Gunungkidul, Sri Suhartanta menegaskan bahwa Kebudayaan bukan barang usang yang ditinggal di museum, melainkan ruh kehidupan yang harus kita hidupkan, adaptasi, dan jadikan kekuatan untuk membangun masa depan.

"FKY menjadi ruang untuk menjaga agar nilai-nilai luhur tetap hidup, berkembang, dan memberi manfaat dalam kehidupan sehari-hari—menunjukkan bahwa kebudayaan adalah sumber inspirasi, kreativitas, dan ketahanan bangsa," ujarnya.

FKY 2025 dengan Gunungkidul sebagai tuan rumah dan tema “adat istiadat” diangkat sebagai ruh utama festival. Gunungkidul dan “adat istiadat” adalah dua hal yang sulit dipisahkan: wilayah ini kaya akan tradisi yang beragam, tumbuh secara organik bersama sejarah, diwariskan lintas generasi, dan melekat dalam interaksi sosial sehari-hari.

Tema FKY 2025 “Adoh Ratu, Cedhak Watu”, yang secara harfiah berarti jauh dari raja/pemimpin, dekat dengan batu. Tema ini merepresentasikan etos kebudayaan khas masyarakat Gunungkidul - sebuah pandangan hidup yang lahir dari jarak dengan pusat kekuasaan, namun justru menumbuhkan daya lenting dan kemandirian.

Rangkaian pembukaan FKY 2025 dimulai dengan doa dan ritual Gumbregan—sebuah tradisi yang merepresentasikan ungkapan syukur dan doa masyarakat agraris, khususnya para peternak, kepada Sang Pencipta atas kesehatan serta keselamatan hewan ternak mereka. Dalam prosesi ini, para tamu undangan memberi makan sapi dan menuangkan air ke kendi sebagai simbol dibukanya festival secara resmi.

Setelah itu, para peserta pawai dan penampil mempersembahkan Ritus Gerak “Swasti Wijang”, yaitu doa yang diwujudkan dalam bentuk artistik, merefleksikan hubungan suci antara manusia, hewan ternak, dan alam semesta. Selanjutnya, pada program Panggung FKY di sore hari, penampilan Campursari SRGK dan Dhimas Tedjo turut memeriahkan suasana pembukaan.

Selama FKY 2025 berlangsung, yang berpusat di Lapangan Desa Logandeng dan beberapa lokasi pendukung di Gunungkidul, pengunjung dapat mengikuti berbagai program seperti Pameran: Gelaran Olah Rupa. Selain itu, terdapat pula FKY Bugar, Panggung FKY, Pasaraya Adat Ruwang Berdaya, Pawon Hajat Khasiat, FKY Rembug, serta berbagai kompetisi seperti Panji Desa, Rajakaya, dan Jurnalisme Warga.  

Tags:    

Similar News