Juru Kunci Gunung Tidar dikukuhkan, Damar minta jaga warisan alam dan tradisi

Imam Budi Prasetyo, resmi dikukuhkan sebagai Juru Kunci ke-IV Gunung Tidar, Kota Magelang. Ia menggantikan ibunya, Sutijah, yang wafat belum lama.

Update: 2025-12-11 16:30 GMT

Sumber foto: Kurniawati/elshinta.com.

Imam Budi Prasetyo, resmi dikukuhkan sebagai Juru Kunci ke-IV Gunung Tidar, Kota Magelang. Ia menggantikan ibunya, Sutijah, yang wafat belum lama.

Proses pengukuhan digelar secara adat di area parkiran atas Gunung Tidar, Kamis, (11/12/2025), oleh Wali Kota Magelang Damar Prasetyono.

Suasana haru menyelimuti prosesi yang disaksikan para sesepuh, tokoh masyarakat, serta warga setempat.

Damar menyampaikan, pengukuhan ini bukan sekadar seremoni adat. Posisi juru kunci mempunyai peran penting yang menyangkut pelestarian budaya sekaligus kelestarian lingkungan Gunung Tidar.

Dikatakan Damar, Gunung Tidar dengan julukan "Paku Tanah Jawa" memegang dua peran sekaligus, yakni warisan budaya dan warisan alam.

Sebagai warisan budaya, Gunung Tidar adalah pusat spiritualitas, mengandung situs-situs sejarah, dan bagian penting dari identitas Kota Magelang.

Sementara sebagai warisan alam, Damar menyebut Gunung Tidar berfungsi layaknya kebun raya dan paru-paru kota. Kawasan ini juga menjadi resapan air serta habitat flora dan fauna yang menjaga keseimbangan ekosistem.

“Gunung Tidar adalah amanah besar. Amanah ini bukan hanya saya titipkan kepada juru kunci, tetapi juga kepada seluruh masyarakat Kota Magelang,” lanjutnya.

Pihaknya berkomitmen untuk terus bekerja sama dengan para juru kunci, tokoh masyarakat, dan sesepuh dalam hal edukasi, pelestarian, hingga penataan kawasan.

"Saya titip agar amanah ini dapat Anda emban dengan tulus, sabar, dan bijaksana. Jaga nilai-nilai leluhur, teruskan cerita dan filosofi Gunung Tidar, dan tanamkan kepada generasi muda," kata Damar.

Pada kesempatan yang sama, Juru Kunci Imam Budi Prasetyo menyatakan, dengan amanah baru di pundaknya, ia bertekad meneruskan jejak leluhurnya untuk penjaga tradisi serta pelestari alam di jantung Kota Magelang.

Di sisi lain, ia mengaku terharu bahagia sekaligus berduka karena teringat sosok ibu yang meninggal sekitar dua bulan lalu.

"Jujur saja rasanya sedih dan senang jadi satu. Sedihnya itu masih ingat almarhumah ibu (juru kunci sebelumnya)," ungkap Imam.

Sebagai pewaris garis keluarga, ia memahami, tanggung jawab itu harus segera diambil. Dari empat bersaudara, Imam adalah anak kedua, namun menjadi satu-satunya kandidat yang memenuhi syarat.

"Saya bukan anak paling tua, tapi juru kunci harus laki-laki. Kakak saya yang pertama perempuan, jadi enggak bisa. Dari (Keraton) Solo bilangnya tetap saya yang harus menggantikan," jelasnya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Kurniawati, Kamis (11/12). 

Tags:    

Similar News