Ratusan warga Jepang nikmati pertunjukan gendhing dan beksan Keraton Surakarta Hadiningrat di Tokyo

Kegiatan promosi seni dan budaya Indonesia terus berlangsung di Jepang. Kualitas dan intensitas kegiatan tersebut semakin meningkat dengan kolaborasi yang semakin erat antara pelestari budaya kedua negara.

Update: 2025-11-10 14:10 GMT

Sumber foto: KBRI Tokyo/elshinta.com.

Kegiatan promosi seni dan budaya Indonesia terus berlangsung di Jepang. Kualitas dan intensitas kegiatan tersebut semakin meningkat dengan kolaborasi yang semakin erat antara pelestari budaya kedua negara.

Seperti halnya yang dilakukan Sanggar Budaya Otokoba pimpinan Prof. Tamura Fumiko bekerja sama dengan Keraton Surakarta yang menggelar Pertunjukan Seni “Gendhing dan Beksan Gaya Keraton Surakarta Hadiningrat”, di Nerima Culture Center, pada Kamis 6 November 2025. Acara spesial berdurasi dua jam ini berhasil menarik lebih dari 300 penonton internasional yang didominasi warga Jepang. Beberapa penonton bahkan datang dari luar Tokyo dan datang khusus dengan kereta cepat Shinkansen untuk menghadiri pegelaran budaya tersebut.

Penampilan para pekerja seni dari Jepang yang memainkan alunan musik gamelan Jawa, vokal sinden ini berpadu dengan empat penari yang merupakan puteri Kraton Surakarta serta para pesinden kraton yang membawakan reportoar pilihan dari tradisi istana. Pertunjukan ditutup oleh tarian dari. R. Ngt. Puspowinahayu yang sekaligus merupakan direktur tari Karaton Surakarta.

“KBRI Tokyo mengapresiasi penyelenggaraan acara ini yang menjadi jembatan penting dalam memperkuat pemahaman budaya antara Indonesia dan Jepang. Melalui diplomasi budaya seperti ini, Indonesia terus memperkenalkan kekayaan seni tradisinya dan memperluas ruang apresiasi masyarakat Jepang terhadap warisan budaya Nusantara,” ujar Koordinator Fungsi Penerangan Sosial Budaya KBRI Tokyo Muhammad Al Aula usai menyaksikan pertunjukan.

Tidak hanya mengadakan pertunjukan, Sanggar Otokoba juga mengadakan lokakarya tari tradisional Jawa pada Minggu 9 November 2025 yang diikuti lebih dari 50 warga Jepang dalam 2 sesi. Dalam lokakarya ini, mereka mempelajari langsung tarian Serimpi Dyah Catur langsung dari para penari trah Keraton Surakarta.

Dalam kesehariannya, sejak 1980-an, Sanggar Otokoba aktif mempromosikan gamelan dan tari kepada warga Jepang. Mulai dari Kursus Gamelan Jawa, Tari Jawa (Yogyakarta dan Surakarta); dan kelas Tari Bali. Selain Prof. Tamura Fumiko yang mengajar di Sanggar Otokoba, ada 5 pengajar warga Jepang. Yaitu Minako Sasaki, Tatsuro Fukuzawa, dan Mariko Morioka selaku pengajar kursus Gamelan Jawa. Yayoi Inage dan Hariu Suguri selaku pengajar Tari Jawa, Tari Yogyakarta dan Surakarta. Sementara Nyoman Sudarsana (asal Indonesia) adalah pengajar Tari dan Seni Lukis Tradisional Bali.

Prof. Tamura Fumiko, Pimpinan Sanggar Otokoba, termasuk generasi pertama seniman Jepang yang mempelajari gamelan Jawa. Pada 1972 ia menjalni kegiatan tugas belajar gamelan di Akademi Seni Karawitan Indonesia/ASKI (sekarang Institut Seni Indonesia) Surakarta dan belajar di Keraton Surakarta serta Jogja.

Mantan Pengajar Kebudayaan Asia di Chikushi Women`s University di Kyushu Jepang ini kemudian mengajar di Tokyo University dan membentuk grup kesenian Lambangsari di Jepang tahun 1975. Saat ini, Prof. Tamura adalah profesor madya di Departemen Studi Asia di Universitas Chikushi Jogakuen. Ia diketahui mendukung pelestarian budaya tradisional Indonesia dan pengembangan para penerusnya sebagai penasihat budaya untuk Keluarga Kerajaan Surakarta dan penasihat untuk Perkumpulan Penelitian dan Informasi Kebudayaan Ketapang, Kalimantan.

Grup kesenian Lambangsari yang didirikan Prof. Tamura Fumiko diketahui telah mempromosikan gamelan sebagai kesenian musik khas Indonesia kepada masyarakat Jepang. Grup ini beranggotakan warga Jepang dan Indonesia.

Tags:    

Similar News