Tiga siswa SD 6 Matangkuli rawat inap RSUCM Aceh Utara dipulangkan
Siswa Sekolah Dasar (SD) Negeri 6 Matangkuli, Aceh Utara, yang sempat dilarikan ke Rumah Sakit Umum Cut Meutia (RSUCM) Aceh Utara setelah mengkonsumsi menu Makanan Bergizi Gratis (MBG) di sekolah setempat, Senin (29/9), kini dikabarkan telah kembali ke rumahnya masing-masing.
Sumber Foto: Hamdani/elshinta.com.
Siswa Sekolah Dasar (SD) Negeri 6 Matangkuli, Aceh Utara, yang sempat dilarikan ke Rumah Sakit Umum Cut Meutia (RSUCM) Aceh Utara setelah mengkonsumsi menu Makanan Bergizi Gratis (MBG) di sekolah setempat, Senin (29/9), kini dikabarkan telah kembali ke rumahnya masing-masing.
Ketika itu tiga siswa mengalami mual, muntah, diare, hingga harus mendapatkan penanganan medis di Puskesmas Matangkuli. Ketiganya yaitu Saidatun Nafiza (12), Amanul Azam (11), dan Ihsan Mubarak (12).
Dua diantarnya menjalani perawatan lanjutan di RSUCM yang berada di Buket Rata, Kota Lhokseumawe. Satunya lagi, Ihsan Mubarak dirawat di Puskesmas.
Kepala SD Negeri 6 Matangkuli, Syarwaidi, menyebutkan, ada tiga siswa yang mengalami mual dan muntah saat kejadian itu, tapi yang dirawat di RSUCM hanya dua orang. Namun, sejauh ini mereka sudah berada di rumahnya karena mulai normal kembali.
Menurutnya, pembagian MBG kepada siswa dilakukan pada Senin (29/9) itu sekitar pukul 08.00 WIB untuk para siswa kelas I sampai VI, secara keseluruhan ada 293 paket MBG tersebut. Distribusinya setiap hari Senin hingga Jumat, pihaknya selalu berkoordinasi dengan SPPG guna memastikan kondisi makanan apakah ada kendala atau tidak. Namun, sebelum peristiwa ini terjadi tidak ada gejala apapun bagi siswa, dan berjalan lancar.
"Sebelum dibagikan kepada siswa, saya juga mengarahkan para guru kelas masing-masing untuk mengecek terlebih dahulu makanan itu guna mengantisipasi sesuatu hal yang tidak diinginkan," kata Syarwaidi, Senin (6/10).
Pada dasarnya, kata Syarwaidi, kondisi kesehatan ketiga anak-anak itu normal seperti biasanya, tidak ada keluhan sakit jauh sebelum kejadian tersebut.
"Untuk itu, kami berharap ke depan kepada pihak SPPG agar betul-betul menjaga kualitas makanan baik dari segi persiapan maupun penyajiannya. Artinya, jangan sampai ada korban lagi nanti, karena wali murid pun sudah mulai khawatir akibat kejadian seperti ini. Kita harapkan yang terbaik saja untuk tahap selanjutnya," ujar Syarwaidi seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Hamdani, Selasa (7/10).
Kepala Puskesmas Matangkuli, dr. Nalia Nova, mengungkapkan, awalnya ketiga siswa tersebut dirawat di Puskesmas sekitar pukul 09.30 WIB yang didampingi oleh dewan guru.
"Berdasarkan informasi yang kami peroleh dari guru sekolah dan juga menanyakan kepada murid itu, bahwa setelah mereka mengkonsumsi makanan kemudian ada yang baru tiga kali suapan langsung mual-mual, muntah hingga diare. Tetapi ketiga siswa ini bukan dibawa secara bersamaan ke Puskesmas, tiba mereka di sini yang didampingi gurunya dengan waktu berbeda pagi itu," ungkap Nova.
Menurut Nova, menu makanan saat mereka konsumsi itu berupa nasi kuning, ayam krispi, tempe, sayur selada, tomat. Namun, pihaknya tidak bisa menyimpulkan bahwa siswa itu keracunan akibat makanan tersebut, karena itu perlu mengambil sampel untuk dicek apa penyebabnya atau perlu pengkajian lebih lanjut.
"Alhamdulillah, kondisi anak-anak itu sudah membaik dan tidak lagi dirawat di rumah sakit. Karena secara SOP-nya harus kita rujuk dua siswa tersebut ke RSCM beberapa hari lalu, tidak boleh dipertahankan lagi di Puskesmas dan butuh penanganan dari dokter spesialis," ujar Nalia Nova.
Sementara itu, pihak Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Gampong Teupin Keubeu, Kecamatan Matangkuli, menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan tugasnya sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP), dalam menjalankan program MBG tersebut.
"Terkait siswa SD yang sempat mengalami gejala setelah mengkonsumsi makanan tersebut, bagi saya itu framing (media massa) untuk keracunan. Saat ini anak-anak itu sudah kembali lagi ke rumahnya masing-masing, tidak lagi dirawat di rumah sakit," kata Kepala SPPG Teupin Keubeu Matangkuli, Teuku Muhammad Saiful, kepada wartawan, di kantornya, Senin 6 Oktober 2025.
Saiful menyebut, saat kejadian itu pada Senin (29/9), tiba-tiba dirinya mendapat kabar dari tim lapangan bahwa ada siswa yang mengalami sakit usai menyantap makanan tersebut, sehingga pihaknya langsung berkoordinasi dengan tim pengawas untuk ditangani segera.
"Berdasarkan informasi kami peroleh awalnya ada tiga siswa mengalami sakit. Cuma salah satu diantaranya seperti pura-pura sakit saat hari kejadian, dan tiba-tiba langsung dibawa pulang (dari Puskesmas). Sedangkan dua siswa lagi menurut keterangan orang tua mereka itu ada kaitannya dengan kondisi sakit bawaan, karena pernah berobat anaknya ke dokter spesialis anak sebelum peristiwa ini terjadi. Itu pengakuan pihak keluarganya kepada kami," ujar Saiful.
Saiful menambahkan, menu MBG tersebut dibagikan kepada para siswa berupa nasi, tempe, tahu, dan buah. Tetapi siswa lainnya tidak ada yang mengalami gejala apapun setelah dikonsumsi.
Lanjut Saiful, launching program MBG melalui SPPG Gampong Teupin Keubeu, Matangkuli dilakukan pada 15 September 2025 dan langsung beroperasi. Untuk peralatan memasak maupun perlengkapan pekerja semua sesuai dengan SOP, dan juga ditempatkan seorang ahli gizi. Karena setiap pengelola dapur (SPPG) dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) wajib ada ahli gizi dan ahli akuntansi.
"Kita merekrut relawan atau pekerja harus sesuai SOP, dan dapur MBG ini juga dilibatkan seorang chef profesional kuliner. Dari segi higienis juga kita jaga dengan baik, tentu tidak sembarang dalam menyediakan makanan untuk para siswa," ucap Saiful.