Melestarikan adat dan budaya PD-KBB Langkat gelar pekan budaya Banjar
Pengurus Daerah Kerukunan Bubuhan Banjar (PD KBB) Kabupaten Langkat, Sumatera Utara menggelar Fokus Group Discussion (FGD) mengangkat tema 'Menggali dan Mempertahankan Budaya Banjar Sebagai Cikal Bakal Kearifan Lokal'. Bertempat di gedung PKK Langkat di Stabat, Kamis (14/12).
Elshinta.com - Pengurus Daerah Kerukunan Bubuhan Banjar (PD KBB) Kabupaten Langkat, Sumatera Utara menggelar Fokus Group Discussion (FGD) mengangkat tema 'Menggali dan Mempertahankan Budaya Banjar Sebagai Cikal Bakal Kearifan Lokal'. Bertempat di gedung PKK Langkat di Stabat, Kamis (14/12).
Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan dari Pekan Budaya Banjar yang dibuka oleh Plt Bupati Langkat Syah Afandin di rumah Banjar Lampau Banua, jalan Kartini, Kelurahan Kwala Bingai, Kecamatan Stabat. Dalam forum group discussion ini menghadirkan nara sumber dari Dinas Kebudayaan Kabupaten Langkat dan Akademisi yang juga Sekretaris Umum Pimpinan Wilayah Kerukunan Bubuhan Banjar (PW KBB) Sumatera Utara, Ahmad Fawzi.
Dalam kesempatan itu Ahmad Fawzi mengaku bangga dan himung (gembira) sekali karena baru kali ini generasi muda etnis Banjar bisa berkumpul bersama yang di inisiasi oleh PD KBB Kabupaten Langkat. "Saya sangat himung melihat generasi muda Banjar bisa berkumpul di satu tempat dan ingin mengetahui sejarah perjalanan orang Banjar dari Banua Kalimantan Selatan sampai di Sumatera. Ini merupakan yang pertama terjadi di Sumatera Utara," ujarnya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, M Salim, Jumat (15/12).
Para generasi muda Banjar ini berkumpul mengikuti FGD supaya mengenal bagaimana banjar itu sebenarnya, dari sisi budaya, adat dan juga kehidupan orang Banjar.
Menurut Ahmad Fawzi, orang Banjar di Sumatera Utara banyak mendiami wilayah Kabupaten Langkat, Kabupaten Serdang Bedagai dan Kabupaten Deli Serdang. "Penyebaran orang banjar kebanyakan mendiami sepanjang wilayah Pantai Timur Sumatera Utara," ujar mantan anggota KPU Kota Binjai itu.
Dijelaskannya orang banjar mulai madam (merantau) pada abad ke-18. Orang banjar meninggalkan tanah Borneo dengan berlayar mengarungi lautan namun kala itu masih sedikit. Kemudian pada abad ke-19 pecah perang banjar melawan Walanda (Belanda) saat itulah eksodus besar-besaran etnis banjar berlayar pusatnya di Singapore. Kemudian mereka kembali berlayar dengan tujuan Kuala Tungkal, Tanjung Jabung, Jambi, kemudian Tembilahan Indragiri Hilir, Riau, Sumatera Utara dan terakhir Malaysia.
"Kita ini orang banjar yang berdiam dan lahir di Sumatera ini merupakan generasi keempat dan kelima," terangnya.
Ahmad Fawzi merasa miris karena generasi muda banjar banyak yang tidak bisa berbahasa banjar dalam berkomunikasi sesama keturunan banjar, dan juga banyak yang tidak memahami adat istiadat maupun budaya banjar. Hal itu ada dua sebab yang pertama generasi tua tidak memahami adat dan budaya, kemudian keturunannya malu berbahasa banjar.
Wajar generasi muda tidak paham bahasa banjar karena memang kurang peduli dengan bahasa dan kebudayaan banjar, bahkan generasi muda banyak yang malu berbahasa daerah sendiri. "Mari kita lestarikan bahasa dan budaya kita, agar orang banjar tidak hilang di bumi ini, jangan malu jadi orang banjar tapi malulah kita orang banjar tidak bisa berbahasa banjar," katanya
Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Langkat diwakili Kepala Bidang Kebudayaan, Muslihin mengatakan, saat ini sudah ada pokok pikiran kebudayaan daerah. Sementara Perda kebudayaan mulai dibahas. Disparbud berupaya melindungi dan melestarikan adat dan budaya sebagai kearifan lokal dalam pembangunan di Kabupaten Langkat.
"Kebudayaan itu hilang pelan pelan karena kita tidak mau melaksanakan budayanya, saya berharap seluruh etnis yang ada di Langkat ini untuk melestarikan adat dan budaya masing-masing agar tidak hilang," katanya.
Plt Ketua KBB Kabupaten Langkat Ustadz Mansyur bersama Sekretaris KBB Langkat Khairudin AW, sangat mengapresiasi forum group discussion ini, orang Banjar itu komitmen dimana bumi dipijak di situ langit di junjung. "Di Kabupaten Langkat ini ada 14 etnis, Banjar etnis ke empat terbesar setelah Melayu, Karo, Jawa dan Banjar," katanya.
Pada pekan budaya Banjar yang di gelar di Rumah Banjar Lampau Banua itu di perlombakan juga ba'ayun anak bapukung yang merupakan budaya bagi anak-anak banjar dan lomba marhaban.