1 Agustus 1629: Tsunami dahsyat menerjang Laut Banda, meriam 1,5 ton tergeser
1 Agustus menjadi tanggal yang sangat penuh memori bagi masyarakat yang tinggal di Kepulauan Maluku, tepatnya di sekitar kawasan Laut Banda. Laut Banda dikenal karena kecantikan baharinya, dan sukses menarik perhatian para wisatawan. \r\n\r\n
Elshinta.com - 1 Agustus menjadi tanggal yang sangat penuh memori bagi masyarakat yang tinggal di Kepulauan Maluku, tepatnya di sekitar kawasan Laut Banda. Laut Banda dikenal karena kecantikan baharinya, dan sukses menarik perhatian para wisatawan.
Di balik kecantikan baharinya, Laut Banda pernah meluluhlantakkan Kepulauan Neira 392 tahun silam. Tepat pada 1 Agustus 1629, gempa dahsyat berkekuatan magnitudo 8,2 mengguncang Laut Banda.
Episentrum gempa di Laut Banda diperkirakan terletak di wilayah Palung Seram. Gempa megathrust tersebut memicu tsunami setinggi 15 meter, dan menerjang Kepulauan Banda. Tsunami tersebut terjadi 30 menit berselang setelah gempa.
Tsunami tersebut sukses meluluhlantakkan Kepulauan Neira hingga menerjang masuk ke benteng. Kepala Badan Mitigasi Gempa Bumi dan Bencana Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengungkap tsunami tersebut menggeser meriam seberat 1,5 ton.
"Air laut setinggi gunung muncul di selat antara Lonthor & Kepulauan Neira mnerjang masuk benteng mgeser meriam seberat 1,5 ton sjauh 11 m. Bbrp rumah tersapu tsunami, bnyk korban jiwa meninggal," ujar Daryono.
Banyak pohon tercerabut dari tanah, usai tsunami meluluhlantakkan wilayah sekitar Laut Banda.
Berdasarkan pantauan dari BNPB, Laut Banda memang rawan gempa karena Provinsi Maluku berada di pertemuan 3 lempeng Eurasia, Pasifik, dan Australia. Adanya pertemuan 3 lempeng tersebut membuat intensitas gempa semakin aktif dan sangat rawan.