31 Oktober 1948: Muso tewas, Madiun kembali dikuasai RI

Update: 2025-10-30 23:00 GMT

Sekelompok pria yang diborgol ditahan oleh TNI, Madiun. (wikipedia)

Pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI), Muso, tewas ditembak pada 31 Oktober 1948 di Desa Niten, Kecamatan Sumoroto, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Peristiwa ini menandai berakhirnya Pemberontakan Madiun, salah satu tragedi politik terbesar di awal kemerdekaan Indonesia.

Muso, yang sebelumnya sempat tinggal di Uni Soviet selama bertahun-tahun, kembali ke Indonesia pada Agustus 1948 dengan misi mengembalikan ideologi komunis ke panggung politik nasional. Ia berusaha mengambil alih kekuasaan dengan mengkudeta pemerintahan sah Republik Indonesia yang dipimpin oleh Soekarno-Hatta.

Pemberontakan Madiun pecah pada 18 September 1948, ketika kelompok yang dipimpin Muso memproklamasikan “Republik Soviet Indonesia” di Madiun. Aksi tersebut segera ditindak oleh pemerintah pusat yang memerintahkan TNI di bawah komando Kolonel Sungkono dan Kolonel Gatot Subroto untuk memulihkan keamanan.

Pemerintah menganggap tindakan Muso sebagai ancaman terhadap persatuan bangsa di tengah perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Operasi militer untuk menumpas pemberontakan berlangsung cepat, dan Muso berhasil dilumpuhkan kurang dari dua bulan setelah aksinya dimulai.

Pada 31 Oktober 1948, Muso ditemukan bersembunyi di Ponorogo dan tewas ditembak dalam kontak senjata dengan pasukan pemerintah. Jenazahnya kemudian dimakamkan secara sederhana di lokasi yang sama.

Kematian Muso menjadi simbol berakhirnya upaya PKI untuk menggulingkan pemerintahan sah pada masa itu. Peristiwa ini juga meninggalkan luka sejarah yang mendalam, sekaligus menjadi pelajaran penting tentang rapuhnya stabilitas politik Indonesia pasca-kemerdekaan.

Tags:    

Similar News