8 November 1973: Museum Siwalima, tempat bersua jejak sarah Ambon

Museum Siwalima terlak di kawasan Taman Makmur, Desa Amahusu, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon, Provinsi Maluku.

Update: 2025-11-08 00:10 GMT

Sumber foto: https://urli.info/1ebgy/elshinta.com.

Museum Siwalima terlak di kawasan Taman Makmur, Desa Amahusu, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon, Provinsi Maluku.

Museum ini didirikan pada 8 November 1973, tetapi baru diresmikan pada 26 Maret 1977.

Bangunan Museum Siwalima berada di atas bukit yang menghadap laut sehingga pengunjung bisa melihat keeksotisan perairan di Teluk Ambon.

Letak museum ini hanya berjarak sekitar 5 kilometer dari pusat Kota Ambon dan dapat dicapai menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum menuju Taman Makmur.

Nama Museum Siwalima diambil dari dua kata, yakni 'ulusiwa' berarti kumpulan 9 kerajaan yang menguasai Maluku Selatan dan 'patalima' yakni kumpulan 5 kerajaan penguasa Maluku Utara. Kata Siwalima mewakili kekayaan sejarah, alam, dan budaya Maluku, tanah para raja-raja.

Museum Siwalima menympan koleksi benda bersejarah berjumlah 5.347 yang terbagi dalam 10 jenis koleksi.

Di depan pintu masuk museum ini terdapat tulisan "Usu Mae Upu" yang berarti "Mari Silahkan Masuk".

Awalnya museum ini hanya menyimpan koleksi budaya dan adat istiadat Maluku saja, tetapi terus bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Hal tersebut membuat Museum Siwalima dibagi menjadi 2 bangunan:

Bangunan I

Disebut dengan Museum Kelautan Siwalima. Di tempat ini tersimpan sejarah kelautan masyarakat Ambon, benda-benda dan binatang-binatang laut seperti; 3 buah kerangka ikan paus dengan panjang 9 m, 17 m dan 19. Kerangka ikan paus yang paling panjang dan tersimpan di museum ini ditemukan terdampar di Pantai Ambon pada 1987. Selain itu juga tersimpan pula berbagai benda kekayan kehidupan laut Maluku.

Bangunan II

Disebut dengan Museum Budaya Siwalima. Di tempat ini tersimpan segala hal yang berkaitan dengan budaya Maluku, seperti: bangunan asli Maluku, pakaian adat, alat-alat pertanian, senjata, perlengkapan upacara adat, uang lama, dan berbagai guci pada masa penjajahan Jepang.

Semua benda-benda tersebut terawat dengan baik di Museum Siwalima. Saat kamu berkunjung ke obyek wisata ini, tak perlu khawatir, akan ada petugas yang bisa menjelaskan seluruh isi museum secara rinci.

Pengunjung museum ini juga bisa melakukan permintaan khusus untuk menikmati sajian musik lokal, pementasan tari dan demo pembuatan kain tenun.

Adapun biaya masuk ke Museum Siwalima untuk umum ialah Rp 3 ribu per tahun 2019.

Museum Siwalima sendiri tetap berkegiatan pada masa pandemi Covid-19.

Pada Hari Museum Nasional 2020 misalnya, pihak museum menyelenggarakan perlombaan permainan tradisional untuk anak-anak.

Tags:    

Similar News