29 Oktober 2018: Kisah kelam Lion Air JT-610 di Laut Jawa

Elshinta.com - Pada 29 Oktober 2018, pesawat Lion Air Penerbangan JT-610, dengan rute Jakarta menuju Pangkal Pinang, mengalami kecelakaan tragis. Pesawat ini jatuh ke perairan Laut Jawa, hanya 13 menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta pada pukul 06.20 WIB. Insiden ini menjadi salah satu kecelakaan udara terburuk di Indonesia, menewaskan seluruh 189 orang di dalamnya, termasuk penumpang dan kru pesawat.

Update: 2024-10-29 06:02 GMT
Pesawat Lion Air JT-610 Boeing 737-MAX8. (wikipedia)

Elshinta.com - Pada 29 Oktober 2018, pesawat Lion Air Penerbangan JT-610, dengan rute Jakarta menuju Pangkal Pinang, mengalami kecelakaan tragis. Pesawat ini jatuh ke perairan Laut Jawa, hanya 13 menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta pada pukul 06.20 WIB. Insiden ini menjadi salah satu kecelakaan udara terburuk di Indonesia, menewaskan seluruh 189 orang di dalamnya, termasuk penumpang dan kru pesawat.

Lion Air Penerbangan JT-610 menggunakan pesawat Boeing 737 MAX 8, tipe pesawat modern yang baru saja bergabung dengan armada Lion Air sekitar dua bulan sebelum kecelakaan. Setelah lepas landas, pesawat ini mengalami masalah teknis yang terindikasi pada sistem otomatis bernama Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS), yang dirancang untuk menjaga keseimbangan pesawat saat terbang. Beberapa menit setelah terbang, pilot melaporkan adanya kendala dalam pengendalian pesawat dan meminta izin untuk kembali ke bandara. Namun, dalam waktu singkat, pesawat hilang dari radar dan jatuh ke laut.

Baca juga Kecelakaan Pesawat Lion Air JT-610, 189 orang meninggal

Berdasarkan investigasi yang dilakukan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan pihak internasional, ditemukan bahwa masalah utama kecelakaan ini disebabkan oleh kegagalan sistem MCAS. Sistem ini secara otomatis menurunkan hidung pesawat ketika menerima data yang salah dari sensor kecepatan udara dan sudut serang (angle of attack sensor). Sensor yang cacat ini menyebabkan MCAS menganggap pesawat berada dalam posisi yang berbahaya dan terus-menerus mengarahkannya ke bawah. Pilot berusaha mengendalikan pesawat, tetapi sistem otomatis tersebut mengulangi perintah yang membuat pesawat akhirnya kehilangan ketinggian dan jatuh ke laut.

Selain itu, investigasi juga menemukan beberapa faktor yang berkontribusi, termasuk ketidaksesuaian prosedur pelatihan pilot, kurangnya pemahaman tentang sistem MCAS, dan perawatan pesawat yang tidak optimal. Kecelakaan ini memicu kekhawatiran global terkait keamanan Boeing 737 MAX dan menyebabkan beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, menangguhkan sementara seluruh pesawat Boeing 737 MAX pada awal tahun 2019 hingga investigasi lebih lanjut dan perbaikan dilakukan.

Setelah jatuhnya pesawat, upaya pencarian besar-besaran dilakukan oleh Badan SAR Nasional (Basarnas) bersama TNI, Polri, dan berbagai pihak. Potongan badan pesawat, barang-barang milik penumpang, serta bagian dari tubuh korban berhasil ditemukan di perairan Laut Jawa. Salah satu fokus utama pencarian adalah kotak hitam pesawat yang berisi data penerbangan dan rekaman suara kokpit, yang dapat memberikan informasi penting mengenai penyebab kecelakaan. Setelah beberapa hari, kotak hitam berhasil ditemukan, dan datanya membantu dalam proses investigasi.

Kecelakaan ini berdampak besar pada industri penerbangan global. Boeing sebagai produsen pesawat menghadapi sorotan tajam dari publik dan regulator penerbangan di seluruh dunia. Setelah beberapa bulan investigasi dan peninjauan ulang, Boeing melakukan perubahan besar pada sistem MCAS dan meningkatkan pelatihan untuk pilot. Pengawasan dan regulasi penerbangan di banyak negara juga diperketat, khususnya yang terkait dengan penggunaan sistem otomatis dan pelatihan pilot terhadap teknologi baru.

Tragedi ini meninggalkan luka mendalam bagi keluarga dan kerabat korban. Pemerintah, pihak maskapai, dan masyarakat mengadakan berbagai upacara dan peringatan untuk mengenang para korban. Banyak keluarga korban yang terus memperjuangkan keadilan dan menuntut perbaikan keselamatan penerbangan di masa depan.

Tags:    

Similar News